Jumaat, 3 Disember 2010

Hijrah mengubah wajah sejarah


 
Oleh: Prof. Dr. Taufiq al-Wa'ie

Dakwah Islam di Mekah tidak mampu bergerak, tersebar dan menyampaikan kebaikannya lebih-lebih lagi
sebagai satu umat dan sebuah Negara, yang mengangkat panji tauhid dan berjihad pada landasan untuk mengubah reality dunia yang punah, menolak syirik dan penyembahan berhala yang menguasai di kalangan mereka, meninggalkan fahaman perkauman sempit yang meluas di kalangan mereka, yang menutup pintu hati mereka, yang mendorong mereka lantang menyiksa penganut dakwah Islam sehingga mati tanpa belas kasihan, kemudian menyekat pemimpinnya dari segi ekonomi, masyarakat dan diri, merancang untuk membunuh dan menghapuskannya.

Semua situasi itu dan semua kelemahannya menyebabkan idea untuk berhijrah dari Mekah satu perkara yang tidak boleh dielakkan, juga menyebabkan perlunya kepada kesabaran menanggung keperitan dan penyiksaan di negeri ini, dan bersedia menghadapi kesukaran dan kesusahan kerananya sehingga Allah menentukan kesudahanNya dan sesuatu yang perlu sehingga tiba masa mengecapi kebebasan, sama ada berperingkat-peringkat seperti Hijrah ke Habsyah atau muktamad dalam Hijrah ke Madinah. Penghijrahan juga satu tuntutan untuk meleburkan batu-bata dan sedia bekorban di atas jalan prinsip dan sabar melalui jalan yang panjang, jalan dakwah dan jihad yang sukar sentiasa mengiringi pendokong dakwah semasa berada di perjalanan yang penuh pancaroba dan kerosakan yang berleluasa dalam semua lapangan hidup. Dengan itu sudah semestinya kepada pemimpin dan generasi pertama yang menjadi contoh yang hidup menempuh halangan dan penyiksaan supaya menjadi teladan tentang perjalanan yang panjang buat generasi yang mengikuti jalan mereka.

Dengan itu sudah semestinya bagi dakwah yang menyeru penghijrahan mencapai banyak ciri-ciri (muwasofat) kepada barisan muslim, supaya mampu melangkah ke puncak yang diingini dalam usaha mengubah reality dunia yang buruk dan rosak, baik individu, rakyat dan Negara. Dakwah yang menyeru penghijrahan telah Berjaya menerapkan anggotanya dengan cirri-ciri ini:

1. Mengutamakan akidah melebihi harta, anak-anak dan apa jua. Hal ini terbukti dalam semua bentuk dan keadaannya dengan jelas dalam peristiwa Hijrah. Para lelaki keluar meninggalkan harta, rumah, perniaggaan, pekerjaan dan anak-anak, dengan mengorbankan dirinya kerana mengharapkan keredhaan Allah. Firman Allah;

Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya Karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya”. (Al-Baqarah: 207)

Meninggalkan semua perkara sekiranya bertentangan dengan akidahnya, bahkan mengeluarkannya dari lubuk hatinya dan membuang perasaan cinta dari hatinya berdasarkan perintah Allah swt:

“Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”. (At-Taubah: 24)

2. Ukhuwwah menyatukan barisan. Peristiwa Hijrah adalah contoh terbaik di mana mereka sanggup berkongsi tunggangan, kerana orang-orang beriman dipersaudarakan dengan ukhuwwah kasih saying, akidah, jihad dan jalan yang ditempuh. Al-Quran telah memuji ukhuwwah di dalam ayatNya yang dirakamkan di bumi dan langit. Firman Allah:

“Dan orang-orang yang Telah menempati kota Madinah dan Telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung”. (Al-Hasyr: 9)

Ikatan persaudaraan atas dasar keimanan yang istiharkan mestilah bebas dari semua ikatan seperti jahiliyah syirik dan penyembahan berhala. Firman Allah:

“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim”. (At-Taubah: 23)

3. Peringkat dakwah berkumpulan atau kolektif yang dibantu oleh negara, kuasa, barisan pendakwah dan mereka yang mampu berhujjah dan memiliki kecerdikan, yang tidak mampu disekat oleh kuasa jahat, tidak mampu dihalang oleh penguasa sombong dan keji, dari sampai kepada akal dan pemikiran, tidak mampu kuasa yang ada mengubah mereka dari memenangkan yang benar dan mengalahkan yang batil kerana mengingini kerosakan dan kejahatan.

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. (Ali-Imran: 104)

 4. Berpindah dari peringkat lemah kepada peringkat kuat dan mampu bersuara, dari peringkat bertahan, cekal dan sabar menanggung kekejaman dan penyiksaan kepada peringkat mempertahankan dakwah, pendakwah dan menentang kezaliman dengan mata pedang. Firman Allah:

“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, Karena Sesungguhnya mereka Telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu,40.  (yaitu) orang-orang yang Telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali Karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah". dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah Telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa”. (Al-Hajj: 39-40)

“Dan jika kamu memberikan balasan, Maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. akan tetapi jika kamu bersabar, Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar”. (An-Nahl: 126)

5. Menegakkan sebuah Negara dan mendokong pemikiran, mengajarkan kebaikan kepada manusia dan melaksanakan Islam dalam bentuk praktikal. Firman Allah:

“49.  Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang Telah diturunkan Allah kepadamu. jika mereka berpaling (dari hukum yang Telah diturunkan Allah), Maka Ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. dan Sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.50.  Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?”. (Al-Maidah: 49-50)

6. Melahirkan sebaik-baik umat yang dikeluarkan untuk manusia bagi melaksanakan petunjuk Allah dan nabi, menyempurnakan ibadah kepada Allah yang Esa, menggajak manusia kepada kebenaran dan menyampaikannya, mencegah mereka dari melakukan kemungkaran dan melarang dari terjerumus ke dalamnya. Firman Allah:

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. (Ali-Imran: 110)

7. Mengatur hubungan antara orang Islam dengan penganut agama lain, kerana nabi saw telah mengadakan kesatuan siasah dan peraturan aanta orang Islam dan Yahudi, dan mengikat hubungan antara mereka dan orang Islam dengan satu perjanjian muafakat, di mana diberikan kebebsan mutlak untuk urusan agama dan harta, tiada langsung siasah penyisihan, bahkan menjadikan mereka sebagai umat bersama orang-orang beriman di mana mereka perlu membantu untuk memerangi orang-orang yang menyerang Madinah dan menolong orang yang ditindas dan dizalimi. Sesuatu kesalahan yang dilakukan dirujuk kepada undang-undang dan dikembalikan kepada Allah dan Rasul. Hukuman akan dikenakan ke atas penzalim tanpa mengira orang Islam atau Yahudi.

Negara Islam kini menjadi sebuah Negara yang penuh maufakat walaupun berbilang agama. Penduduknya hidup dengan aman dan tenteram. Oleh sebab itu hijrah nabi saw penuh teladan yang perlu diikuti dan mampu menyebarkan dakwahnya kepada semua manusia yang mengingini keamanan dan kedamaian, di bawah naungan sebuah masyarakat yang mulia dan unggul di dunia. Firman Allah:

“Katakanlah: "Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".(Ali-Imran: 64)

----------------------
Majalah Al-Mujtama’, Bil. 1590 (28/2/2004 bersamaan 8 Muharam 1425H)

Terjemahan dari http://www.ikhwanonline.com/Article.asp?ArtID=5313&SecID=363
READ MORE - Hijrah mengubah wajah sejarah

Isnin, 1 November 2010

Berbuat baik kepada ibubapa ..jalan ke syurga


Oleh: Dr. Ahmed Hassan

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, kesudahan yang baik bagi orang-orang bertakwa, tiada pemusuhan Allah melainkan kepada orang-orang zalim. Selawat dan salam ke atas utusan yang membawa rahmat kepada seluruh alam..selepasnya;

Firman Allah:

“23.Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.24.  Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil". (Al-Isra’: 23-24)

Firman Allah:

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa”. (An-Nisa’: 36)

Firman Allah:

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai bercerai susu adalah tiga puluh bulan". (Al-Ahqaf: 15)

Firman Allah:

“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan bercerai susu dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu”. (Luqman: 14)

Dengan ungkapan-ungkapan ini jelas bahawa al-Quran mahu menyemaikan naluri berbuat baik dan mengasihi di lubuk hati anak-anak. Ini kerana dalam kehidupan kebiasaanya akan menghalakan perhatiann mereka ke hadapan..kepada zuriat..kepada kelahiran baru..kepada generasi akan datang. Namun tidak ramai yang menghalakan perhatian mereka ke belakang..kepada ibubapa..kepada kehidupan permulaan..kepada generasi yang lalu..kepada umur yang lalu, kemudian anak-anak sangat memerlukan semangat nalurinya untuk memerhatikan ke belakang dan meninjau sejenak kepada bapa dan ibu mereka.

Para ibubapa secara fitrahnya terdorong untuk menjaga dan memelihara anak-anak dan berkorban apa sahaja demi mereka. Sama juga dengan sesuatu yang sedang membesar menghisap yang hijau setiap makanan dengan penuh kesukaan kerana apabila ada perasaan kasih yang bersemai. Anak burung yang kecil menghisap setiap makanan dalam telur burung kerana ia berkulit. Begitulah anak-anak menghisap semua kesenangan, usaha dan perhatian dari ibubapa. Justeru apabila keduanya telah lanjut usia, sekalipun anak-anak mengabaikan mereka, kedua mereka tetap merasa bahagia.

Namun anak-anak begitu cepat melupai semua ini dan mendorong fikiran mereka ke hadapan iaitu isteri dan zuriat..Demikianlah dorongan hidup, dan kemudian ibubapa tidak perlu memaksa diri mereka menjaga anak-anak, tetapi anak-anak perlu kepada menyemaikan emosi dan naluri mereka dengan kuat untuk mengingati hak generasi yang lepas yang telah membelanjakan kesenangan, segala kesenangan demi anak-anak sehingga mereka kekeringan.   

Dari sinilah datangnya perintah supaya anak-anak berbuat baik kepada ibubapa dalam bentuk hukum atau ketentuan dari Allah dengan makna perintah yang ditegaskan, selepas ada perintah yang ditegaskan dengan makna ibadah kepada Allah. Firman Allah: kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu”. Perkataan “al-Kibr” (umur lanjut) membawa maksud telah lemah atau tua. Perkataan “indaka” (dalam pemeliharaan mu) mempunyai makna yang sangat besar iaitu makna pergantungan dan pengharapan ketika mereka telah tua dan lemah. Justeru sewajarnya ibubapa yang telah tua dan lemah berada dalam penjagaan, pemeliharaan dan pengawasan anak-anak mereka “indaka”. Bukan dengan meletakkan ibubapa di rumah orang-orang tua seperti yang berlaku ke atas setengah ibubapa pada zaman kita ini.

Marilah wahai anak-anak..sesiapa yang masih mempunyai ibubapa, ucaplah tahniah, berilah perhatian, kasihanilah mereka dan berusahalah mendapat keredhaan mereka berdua, kerana melalui keduanya kita memperolehi kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sesiapa yang hilang salah satu dari kedua mereka, maka dia kerugian separuh dari mereka. Justeru berilah perhatian kepada separuh yang lain sebelum ianya hilang. Orang yang pernah melalui masa bersama mereka, maka janganlah melupakan mereka dalam solat dan doa kita. Siapa yang telah menjadi ibubapa pastilah menyedari hal ini.

Berbuat baiklah kepada ibubapa kamu supaya anak-anak kamu berbuat baik kepada kamu..Berbuat baiklah kepada ibubapa supaya nanti kamu hidup dengan penuh kesetiaan dan ketenangan.
  
Terjemahan dari http://www.ikhwanonline.com/Article.asp?ArtID=49713&SecID=363
READ MORE - Berbuat baik kepada ibubapa ..jalan ke syurga

Selasa, 26 Oktober 2010

Kepentingan Haji dan faedahnya


Oleh: Dr. Ahmed Abdul Hadi Syahin

Makna haji dari segi bahasa: al-Qasd (maksud, niat, jalan)
Dari segi syarak: Niat atau jalan ke Mekah dan Baitul Haram untuk mengerjakan ibadah tertentu pada waktu tertentu.

Ibadah haji ialah rukun Islam yang kelima. Kewajipannya dinyatakan di dalam al-Quran, As-Sunnah dan Ijma’. Hukum haji dimaklumi dari agama dan sesiapa mengengkarinya menjadi kafir. Firman Allah:

“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”. (Ali-Imran: 97)

Firman Allah:

“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh”. (Al-Hajj: 27)

Orang yang mengerjakan fardu haji disyaratkan seorang yang mukallaf, iaitu berugama Islam, baligh dan berakal, seorang yang merdeka dan mempunyai kemampuan, iaitu berkeupayaan dari segi material dan fizikal.

Maksud berkemampuan juga, bekalan kebendaan yang mencukupi untuk perjalanannya dan bekalan yang mencukupi untuk tanggungannya yang ditinggalkan sepanjang ibadah haji. Beliau juga mempunyai keupayaan dari segi fizikal untuk menaiki kenderaan, berjalan kaki, menunaikan ibadah haji. Juga bermaksud perjalanan yang selamat.

Para Jumhur ulamak sepakat mengatakan bahawa haji hendaklah disegerakan bagi mereka yang berkemampuan dan bukanlah menangguh-nangguhkannya kerana menangguh-nangguhkannya beserta kemampuan merupakan bahaya yang besar. Ini kerana suasana dan keadaan sentiasa berubah. Oleh sebab itu janganlah memandang remeh dan melambat-lambatkan dalam mengerjakannya jika tanpa sebarang keuzuran syarak.

Di dalam sebuah hadith dari Abu Umamah r.a:

“Orang yang tiada halangan kerana sebab mendesak, sakit yang menghalang atau penguasa yang zalim sehingga dia tidak mengerjakan haji, maka dia mati insya Allah sebagai Yahudi dan insya Allah sebagai Nasrani”. (Al-Munzari di dalam at-Targhib wa at-Tarhib (202/2) dengan Sanad yang sahih)

Haji untuk kali pertama sepanjang umurnya adalah wajib. Manakala lebih dari sekali adalah sunat. Sabda nabi saw:

“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan haji ke atas kamu maka tunaikan haji”. Lalu seorang sahabat bertanya: Adakah setiap tahun wahai rasulullah? Nabi saw menjawab: “Kalau saya katakan ya tentulah menjadi wajib..saya hanya katakan wajib kalau kamu mampu”. (Imam Ibn Hajar di dalam Talkhis al-habir (831/3) daripada Ibn Abbas tetapi sanadnya terputus dan asalnya ada di dalam Sahih Muslim)

Oleh itu mengerjakan haji berulang kali hukumnya sunat. Namun lebih baik perbelanjaan haji digunakan untuk membantu golongan yang lemah, fakir miskin, orang kelaparan dan yang dalam kesusahan di kalangan umat Islam kerana kalaulah harta ini dibelanjakan untuk mereka pastilah dapat menutup ruang-ruang terbuka umat Islam dan memperoleh ganjaran dengan syarat niat yang ikhlas.

Kelebihan dan manfaat haji

1.Menghapuskan dosa dan kesalahan. Di dalam hadith dari Ibn Mas’ud r.a:

“Ibadah haji yang diikuti umrah, maka kedua-duanya boleh menafikan kefakiran dan menghapuskan dosa sepertimana alat pengimpal besi tidak kotor dengan besi. Tiadalah balasan haji mabrur melainkan syurga”. (Tirmizi no 810)

Dalam sebuah lain: Daripada Abu Hurairah r.a:

“Sesiapa yang menunaikan haji, kemudian tidak melakukan kerosakan dan tidak fasiq, maka dia akan kembali seolah-olah baru dilahirkan oleh ibunya ”. (Sahih Bukhari No 1521)

 Iaitu Allah mengampuni semua dosa-dosanya. Tiada lagi dosa yang tinggal seumpama bayi yang baru lahir.

Hadith daripada ‘Aisyah r.a:

“Ditanyakan kepada Baginda manakah amalan yang lebih afdal? Maka dijawabnya: Iman kepada Allah dan Rasulnya. Kemudian apa? Jihad di jalan Allah. Kemudian? Sabdanya : Haji yang mabrur (diterima”). (Sahih Bukhari No 1520)


2. Menghasilkan manfaat ukhrawi seperti zikrullah, tawaf, solat di tanah paling suci di muka bumi dan memuliakan ibadah kepada Allah dan syiarnya. Di dalam hadith:

“Solat di Masjidil Haram lebih utama seratus ribu kali ganda dari solat di tempat lain”. (Bukhari di dalam Tarikh al-Kabir (29/4)

3. Perhimpunan tahunan umat Islam sedunia di Mekah untuk menyatukan barisan mereka, mengeratkan hubungan sesama mereka dan meneliti keadaan golongan-golongan yang lemah di kalangan mereka di seluruh dunia.

4. Menghasilkan manfaat duniawi. Firman Allah:

“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu”. (Al-Baqarah: 198)

Iaitu bukan suatu dosa dan kesalahan menjalankan perniagaan, melakukan urusniaga jual beli dan meraih keuntungan selama mana tidak menyibukkannya daripada menyempurnakan fardu haji dan tidak menjerumuskannya ke dalam kealpaan, kerosakan, kefasiqan, pertengkaran dan sebagainya.

5. Di antara manfaat haji ialah menikmati daging hadiah (korban). Semasa haji diharuskan memakan dagingnya dan menghadiahkan kepada orang lain, bersedekah kepada golongan fakir dan memenuhi keperluan golongan yang memerlukannya. Firman Allah:

“ Bagi kamu pada binatang-binatang hadyu(korban) itu ada beberapa manfaat, sampai kepada waktu yang ditentukan”. (Al-Hajj: 33)

Kita memohon kepada Allah SWT supaya menerima amal-amal soleh kita.

----------
Penulis adalah seorang professor Dakwah dan Pengajian Islam di Universiti al-Azhar

Terjemahan dari http://www.ikhwanonline.com/Article.asp?ArtID=55955&SecID=363
READ MORE - Kepentingan Haji dan faedahnya

Sabtu, 2 Oktober 2010

Nikmat Taufik


Dr. Ahmad Abdul Hadi Syahin

Di antara nikmat yang paling besar ke atas hamba yang mukminin ialah nikmat taufik. Berapa banyak nikmat yang Allah telah kurniakan kepada kita yang tidak terhitung dan terkira banyaknya, tetapi kita merasainya kerana ia telah biasa bagi kita, seakan-akan kita telah mengadakan satu perjanjian antara kita dengan Allah untuk meneruskan nikmat-nikmat ini bersama kita sehingga kita mati.

Pada hakikatnya bagi meneruskan nikmat-nikmat ini bersama kita, maka kita hendaklah mengaitkan pemilik nikmat ini, menunaikan kewajipan mensyukurinya, menggunakan nikmat-nikmat ini untuk ketaatan dan menolong orang lain. Firman Allah:

“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari Allah-lah (datangnya)”. (An-Nahl: 53)

 Firman Allah:

“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”. (Ibrahim: 34)

Sandainya anda ingin mengetahui nilai nikmat Allah kepada anda, maka tanyalah diri anda beberapa soalan ini:

-          Adakah anda telah cuba dalam sehari untuk hidup ketika anda memejamkan mata, supaya anda mengetahui nilai nikmat mata yang Allah anugerahkan kepada anda?
-          Adakah anda telah cuba dalam sehari untuk hidup tanpa menggerakkan kedua kaki di rumah anda supaya anda mengetahui nilai nikmat kaki yang membolehkan anda berjalan?
-          Adakah anda telah cuba dalam sehari untuk hidup tanpa berkata-kata supaya anda mengetahui nilai nikmat lidah yang memboleh anda menyatakan apa yang terbuku di dalam hati anda?
-          Adakah anda telah cuba dalam sehari untuk hidup tanpa kereta dan hanya menggunakan kedua kaki anda atau tanpa pengangkutan awam, supaya anda mengetahui nilai nikmat ini yang anda gunakan setiap hari tanpa anda sedari?

Banyak lagi soalan yang boleh dilemparkan ke atas diri anda supaya anda mengetahui kurniaan Allah kepada anda.

Kebiasaannya kita membataskan nikmat tentang harta benda dan kesihatan sahaja padahal nikmat lebih banyak dari itu.

Di sana terdapat nikmat pemberian Allah yang meliputi semua yang dikurniakan Allah kepada anda seperti harta benda, kesihatan, anak-anak, keamanan, ketenangan jiwa, kepuasan hati, keredhaan dan manusia menyukai anda.

Di sana terdapat nikmat penolakan, iaitu Allah menolak sesuatu penyakit, musibah, bencana dari menimpa anda dan menghalang sesuatu yang dibenci atau kejahatan dari menimpa diri anda.

Oleh itu kita hendaklah sentiasa melihat di sebalik sesuatu perkara dan apa akibatnya, dan tidak hanya melihat kepada zahirnya sahaja kerana sesuatu perkara itu hanya diketahui bila telah berakhir. Firman Allah:

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui”. (Al-Baqarah: 216)

Di antara nikmat yang paling besar yang dikurniakan kepada kita semua ialah nikmat taufik. Maknanya Allah telah menetapkan untuk anda kejayaan dalam setiap pekerjaan yang anda lakukan dan merasai bahawa Allah begitu dekat dengan anda. Oleh itu lihatlah semua pekerjaan menjadi mudah. Hal ini menjadikan anda sentiasa memastikan hubungan yang baik dengan Allah dalam setiap urusan hidup anda dan sentiasa memohon taufik dari Allah SWT seperti doa Rasulullah saw di dalam al-Quran:

“Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah Aku bertawakkal dan Hanya kepada-Nya-lah Aku kembali”. (Hud: 88)

Seandainya anda seorang doctor di mana Allah telah menjadikan anda sebagai sebab kepada kesembuhan pesakit atau sebab yang melegakan atau meringankan sakit yang dideritainya, anda telah merawat kecederaan yang serius kepada pesakit dan anda Berjaya menjalan tugas dengan baik, maka janganlah anda melihat dari aspek pengalaman, kajian, ketelitian dan kecanggihan sahaja, tetapi anda mengaitkan kejayaan dan taufik ini kepada PemilikNya yang sebenar, iaitu Allah SWT supaya nikmat ini terus bersama anda.   

Seandainya anda seorang pengkaji, pakar sains atau pereka cipta dan anda menemui sesuatu yang baru dalam kajian klinikal anda, maka janganlah anda melihat kepada kepintaran dan kebolehan anda, tetapi anda merendah diri dan katakanlah: “Kelebihan hanya milik Allah yang pertama dan terakhir”.

Menurut Imam Ali r.a: “Barangsiapa yang bergantung kepada harta miliknya pasti hartanya itu  akan berkurang, barangsiapa yang bergantung kepada akalnya (kepintarannya) pastilah akalnya boleh menyesatkannya. Tetapi barangsiapa yang bergantung kepada Allah pastilah Allah tidak akan berkurang atau menyesatkannya”.  

Alangkah indahnya kata-kata syair ini:

“Sekiranya seorang pemuda itu tidak memperolehi pemeliharaan dari Allah # Maka yang pertama yang akan merosakkannya ialah buah fikirannya”.

Seandainya anda seorang usahawan atau kakitangan dan anda Berjaya dalam perniagaan anda dan meraih untung yang banyak sehingga menjadi jtawan terkenal, maka janganlah anda melihat kepada kepintaran, kecerdikan dan pengalaman anda sahaja, tetapi perhatikanlah dengan baik kepada PemilikNya dan mengaitkan kelebihan kepada yang Memiliki Segala Kebolehan. Katakanlah seperti yang diungkapkan oleh nabi Sulaiman a.s:

“Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba Aku apakah Aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (An-Naml: 40)

Janganlah anda seperti Qarun, kerana ketika Allah mengurniakannya harta kemewahan yang melimpah-ruah beliau tidak mahu bersyukur, kerana Qarun mengaitkan kekayaannya itu kepada ilmu dan kepintarannya. Firman Allah:

“Karun berkata: "Sesungguhnya Aku hanya diberi harta itu, Karena ilmu yang ada padaku". (Al-Qashah: 78)

Akhirnya Allah menceritakan kesudahan Qarun. Firman Allah:

“Maka kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). (Al-Qashash: 81)

Oleh itu kita hari ini hendaklah mempelajari suatu pelajaran yang penting, iaitu setiap perbuatan yang dilakukan kita sangat memerlukan taufik. Justeru sebelum kita memulakan sesuatu pekerjaan, semasa dan sesudahnya  kita memohon taufik daripada Allah SWT semata-mata, kemudian mensyukuri di atas nikmat ini supaya kejayaan dalam pekerjaan anda terus dan berpanjangan.

Di antara makna taufik ialah, sesuatu nikmat itu mendatangkan kebaikan kepada diri anda, keluarga anda dan masyarakat yang hidup bersamanya. Anda menjadi sumber kebaikan kepada orang lain yang mendatangkan keriangan dan kegembiraan di hati mereka dan tergambar keceriaan di wajah-wajah mereka.

Di antara makna taufik juga, anda merasa begitu dekat dengan Allah dan Allah memang dekat dengan anda. Anda merasa dalaman anda berbahagia setiap kali anda melakukan sesuatu pekerjaan keranaNya biarpun terlalu berat atau susah, dan manusia akan menyebut kebaikan anda selepas kematian anda dan sejarah hidup anda yang harum.  

Seandainya anda memperolehi nikmat ini, percayalah dengan yakin bahwa Allah telah mengurniakan nikmat yang paling besar selepas Allah memberi anda hidayah kepada Islam, iaitulah nikmat taufik.. Kita memohon kepada Allah supaya memberikan kita taufik di dunia dan akhirat.

Terjemahan dari http://www.ikhwanonline.com/Article.asp?ArtID=63287&SecID=363


READ MORE - Nikmat Taufik
Related Posts with Thumbnails